TEL AVIV, KOMPAS.com - Wakil Perdana Menteri Israel dan
Menteri Urusan Strategis, Moshe Yaalon, sangat tegas. "Rakyat Israel di seluruh
negeri mendukung aksi (militer) ini," katanya dalam sebuah konferensi pers pada
minggu ini tentang krisis di Gaza.
Kebanyakan tentu saja! Namun sebagian kecil rakyat Israel masih meneriakkan
suara yang berbeda.
Di Tel Aviv, Jumat lalu, sekitar seribu orang berkumpul untuk memprotes
pemboman di Gaza. "Kami datang ke sini untuk mengatakan bahwa satu lagi
pertumpahan darah merupakan sebuah masalah. Itu bukan solusi," kata anggota
Knesset (DPR Israel) dan dikenal sebagai aktivis perdamaian, Dov Kenin, kepada
massa yang berkumpul.
"Rakyat menuntut gencatan senjata," teriak mereka menimpali.
Sejumlah video di YouTube tentang acara itu menunjukkan bahwa di sisi lain
jalan, sebuah kelompok demonstran yang lebih kecil tetapi bersuara lebih lantang
yang pro-perang menghadang mereka. "Pergi sana ke Gaza," kata mereka. "Biar
militer Israel tendang pantat (kalian)!"
Ada lagi protes lain, protes kecil, di Yerusalem, Jumat lalu. Sekitar 50
orang Israel berdiri, diam, berpakaian hitam-hitam, tidak jauh dari kediaman
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Mereka memegang plakat yang berbunyi
"Hentikan Pendudukan".
Peristiwa itu kalah jauh dibanding aksi 100.000 orang yang berbaris di
jalan-jalan Tel Aviv saat menuntut perdamaian pada 1978, ketika Menachem Begin
pergi untuk menghadiri pembicaraan yang mengarah ke perjanjian Camp David antara
Israel dan Mesir.
"Ya, ada sekelompok kecil orang yang secara aktif mempromosikan perdamaian di
Israel," kata Lior Amihai, anggota dari Peace Now, sebuah LSM yang mendukung
solusi dua-negara bagi konflik Palestina, yang akan mencakup penarikan Israel
dari sebagian besar wilayah pemukiman di Tepi Barat, kepada wartawan Sydney
Morning Herald, Judith Whelan yang sedang melakukan study tour ke Israel
atas sponsor dari NSW Jewish Board of Deputies.
"Sejak tahun 2000 kelompok ini telah terpinggirkan." Alasannya kompleks, kata
Amihai. Kegagalan pembicaraan damai dalam dekade lalu telah membawa pesimisme
tentang sebuah solusi akhir. "Dan ada kampanye bahwa tidak ada mitra perdamaian
di sisi Palestina" setelah Ehud Barak, saat ini Menteri Pertahanan, "pergi ke
Camp David dan pulang dengan mengatakan tidak mungkin untuk bernegosiasi."
Segera setelah itu, intifada jilid kedua pecah.
"Jika anda berbicara tentang masyarakat Israel, apa yang benar-benar
menjauhkan mereka dari perdamaian adalah bom bunuh diri dan operasi militer di
Tepi Barat," kata Amihai kepada Whelan.
Faktor kedua adalah "hampir semua warga Israel menjadi tentara". Semua orang
menjalankan dinas militer, "dan entah anda punya ayah, saudara, diri sendiri,
bahkan ibu Anda di tentara cadangan - semua orang terlibat dalam pertahanan."
Faktor ketiga adalah situasi di Gaza sendiri, kata Amihai. Pasukan Israel
ditarik mundur pada September 2005, dan "apa yang kami terima adalah roket dari
Jalur Gaza. Jadi, ketika anda berbicara dengan rakyat (Israel) tentang apa yang
anda inginkan dari orang Palestina, mereka mengatakan 'Kita mundur dan lihat apa
yang kita terima."
"Pada sisi lain, semua orang takut," tutur Ronny Israel, guru seni grafis di
Tel Aviv yang membuat halaman Facebook bernama Israel-Loves-Iran delapan bulan
yang lalu, ketika warga Israel berpikir bahwa pemerintah mereka akan segera
menempuh tindakan militer terkait pengayaan nuklir Iran.
Halaman itu, yang sederhana tetapi kuat secara grafis, memberi pesan "Please
Stop War", masih ada dan telah menjadi message board bagi kegiatan perdamaian.
Pada minggu ini, kata Israel, setengah juta orang berkunjung ke halaman itu, dan
pada akhir minggu, ia berharap lebih dari satu juta akan mengunjunginya.
"Namun itu orang-orang dari seluruh dunia," katanya kepada Whelan. "Tidak ada
cukup keterlibatan dari warga Israel dan Palestina dalam masalah itu."
Gerakan perdamaian di Israel kecil, katanya, karena "sangat rumit untuk
menuntut perdamaian". Ada terlalu banyak kompleksitas dalam hubungan antara dua
orang.
"Karena kekerasan, setiap orang berada dalam posisinya sendiri dan tidak
bersedia untuk bergerak ke sisi lain Tapi bagi saya, ini langkah pertama dalam
setiap proses perdamaian. Anda harus memahami bahwa pihak lain seperti Anda. Ya,
beberapa dari mereka gila, (itu ada) di kedua sisi ... tapi kebanyakan adalah
orang-orang biasa."
Sebagian besar warga Israel dan Palestina siap untuk hidup berdamai, katanya,
tetapi kaum ekstrimis memiliki suara lebih lantang dalam debat publik.
Di Israel, hanya ada satu partai di Knesset yang secara terbuka berbicara
tentang solusi dua-negara, yaitu Partai Meretz yang merupakan aliansi sayap kiri
dengan basis dukungan yang relatif kecil.
Pemerintahan Netanyahu sendiri mempertahankan dukungan bagi pemukiman dan
doyan dengan aksi militer untuk melawan kekerasan. Minggu ini, Menteri Dalam
Negeri, Eli Yishai, mengatakan, "Tujuan dari operasi militer adalah untuk
mengirim Gaza kembali ke Abad Pertengahan. Hanya dengan begitu Isreal bisa
tenang selama 40 tahun."
"Tentu saja sulit untuk mempertahankan optimisme," kata Amihai. "Mereka
(rakyat Israel) percaya pada pemerintah dan apa yang dikatakannya."
View the original article here
Monday, November 19, 2012
Tak Semua Warga Israel Doyan Perang
6:47 PM
No comments
0 comments:
Post a Comment